Selasa, 25 Agustus 2015

NEGERI PANTOMIM #1

Matahari kian terpejam, menyisakan bola mata yang meratap mencari mata hati.
            Aku takut disergap kegelapan, hingga aku berlari sekencang-kencangnya. Tak tentu arah aku berlari, karena bapak tak pernah mengajariku untuk membaca mata angin. Aku hanya diajari untuk membaca mata hati. Dan kini, aku terbata-bata membaca mata hatiku. Tak kunjung bisa aku baca kalimat yang ditulis dalam hatiku. Kedua bola mataku mulai terasa pedas. Sedetik kemudian turun air mataku yang tak lama menjadi mata air. Menangis aku sejadi-jadinya.
“ Mengapa bapak mengajariku pelajaran yang sesulit ini?”
“ Apakah gunanya hati untuk hidupku?”
Aku merutuk. Bila dapat ku berteriak, aku akan berteriak sekuat-kuatku. Namun teriakku kini dikulum oleh takutku. Malam kian gelap, aku kian takut.