“
... Allahuakbar Allahuakbar, La Ilaha illa Allah ”.
Sayup-sayup adzan itu
merambat melalui tubuhku. Hari mulai temaram dan semburat cahaya jingga
perlahan memudar dari horison. Dari tubuhku, aku alirkan suara adzan itu ke
dalam telinga-telinga manusia yang berjuta-juta wujudnya. Maghrib adalah salah
satu oase bagi para pengembara di padang suci Ramadhan. Kebanyakan dari
pengembara itu meneguk sekaligus berliter-liter air yang memang menyegarkan
tersebut dan sebagian lagi dari mereka hanya berdiam diri, menunggu para
pengembara yang rata-rata adalah saudagar kaya selesai meneguk minumannya
kemudian dengan tangan yang gemetar mereka mengeluarkan cawan kecil mereka. Di
ambilnya air itu perlahan dan mereka minum seadanya. Setidaknya untuk
menyegarkan buka mereka hari ini, atau mungkin detik ini saja. Ramadhan hari ini
telah meninggalkan jejak kaki dan jejak kaki-jejak kaki lain mulai beriringan
menuju oase selanjutnya.