Selasa, 10 Februari 2015

TERIMA KASIH

Untuk kawan-kawan yang telah memberikan saya pelajaran-pelajaran yang baru,

Pelajaran menulis surat cinta dari Aliffia Putri Dito:
Semarang, 27 November 2014

Yth. Tri Rettagung Diana
di tempat

Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat malam mamah. Fia menulis surat ini disela sela fia mengerjakan tugas-tugas kuliah yang menurut fia sulit dan berat untuk fia jalani. Tapi fia ingat dengan cerita cerita mamah jaman kuliah dulu. Mamah yang selalu mandi pagi di pasar karena harus berbelanja untuk katering tempat mamah bekerja.
Mamah yang mempunyai teman kuliah menyebalkan yang akhirnya menjadi orang terpenting dalam hidup mamah. Mamah yang selalu bercerita mengerjakan tugas memang sulit tapi jika kita semangat maka kita akan menyelesaikannya dengan baik. Dengan macam-macam cerita mamah jaman kuliah dulu bisa buat fia yang ngerasa berat dalam menjalani kuliah jadi semangat.
Mamah, terimakasih karena sudah percaya kepada fia selama ini. Mamah sudah percaya bahwa fia bisa menjadi anak yang patut mamah banggakan. Meskipun sampai saat ini fia belum bisa membuat mamah bangga. Fia masih sering mengeluh tentang betapa sulitnya
dunia perkuliahan. Fia yang sering mengeluh tentang betapa beratnya hidup fia yang ternyata tidak seberapa dibandingkan kerja keras mamah selama ini untuk hidup dan untuk membesarkan fia.

Mamah, terimakasih karena telah menjadi ibu yang sangat sangat baik untuk fia dan fifi. Terimakasih telah merawat fia sampai sebesar sekarang. Terimakasih untuk setiap detik di kehidupan fia selama 18 tahun ini. Terimakasih telah menjadi teman cerita yang selalu asyik. Terimakasih untuk setiap kotak makan yang mamah siapkan setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Terimakasih atas celotehan setiap pagi karena anak anaknya tidak rapi. Terimakasih untuk cerita masa muda mamah yang penuh semangat dan kebahagiaan. Terimakasih atas semua nasihat mamah yang selalu terngiang di kepala fia.
Mamah maafin fia karena belum bisa menjadi anak yang belum patut untuk mamah banggakan di depan teman teman dan keluarga mamah. Tapi fia janji untuk menjadi seseorang yang patut mamah banggakan. Dan menjadi seorang gadis dengan hati lembut dan solehah.
Mamah, mamah sudah taukan umur fia 18 tahun. Dan mungkin beberapa tahun lagi fia akan menjadi seseorang gadis yang lebih dewasa. Dan, saat nanti fia sudah dewasa dan menjadi seorang ibu. Fia akan berusaha untuk menjadi mamah yang baik seperti yang mamah lakukan. Menjadi mamah yang terbaik di dunia.
Mamah, sehat selalu ya. Mamah selalu bilang mamah adalah sebuah charger dalam keluarga kita. Kalo mamah gak ada semua pasti lemes, karena pengisi daya tidak ada. Jadi, fia pengen mamah selalu ada buat fia. Mamah juga tau, fia belum bisa sendiri. Fia masih membutuhkan mamah. Masih membutuhkan kasih sayang dari mamah. Masih membutuhkan peringatan peringatan dari mamah. Dan masih butuh komentar mamah tentang hidup fia.
Mamah mungkin fia sudah terlalu banyak mengucapkan terimakasih serta kata maaf. Tapi untuk sekali lagi. Terimakasih mamah telah menjadi ibu fia yang terbaik. Karena setiap waktu bersama mamah adalah anugrah dari Allah. Dan mungkin ada beberapa orang yang tidak bisa menikmati waktu bersama mamahnya. Sekalipun fia marah sama mamah, mamah marah sama fia itu adalah sebuah kenangan yang patut di kenang, sebuah kenangan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran.
Mungkin cuma ini yang bisa fia tulis disini. Terimakasih atas waktunya mamah.
Fia akan selalu sayang mamah.
Wassalamualaikum, Wr.Wb.

Putrimu,
Aliffia Putri Dito
Biodata Diri :
Namaku Aliffia Putri Dito. Anak pertama dari bapak Sumartono dan Ibu Tri Rettagung Diana. Aku lahir di Semarang tanggal 8 Agustus 1996. Sekarang aku berumur 18 tahun dan sedang menjalani kuliah di Universitas Negri Semarang jurusan Matematika, prodi Matematika angkatan 2014. Rumahku di Perum Gedawang Permai Blok D/2 Banyumanik Semarang. Karena masih terjangkau antara kampus dengan rumah maka setiap hari aku laju. Aku mempunyai satu adik perempuan bernama Bahana Safiria Dito. Dia masih kelas 1 SMA tapi kami sangat dekat, meskipun terkadang kami sering bertengkar. Hobiku menulis dan membaca, ya tapi aku termasuk penulis yang sangat pasif karena tidak berani mempublikasikannya. Tapi ada seorang teman yang memberi info tentang lomba menulis dan menyarankan aku mengikutinya. Jadi, mungkin, aku kira ini adalah langkah awal yang baik untuk mengembangkan hobiku agar menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dan menurutku “If you can do what you love, love what you do”. Sekian, Terimakasih.
Pelajaran tulis-menulis dari Lina Purwati:
Tentang Aku, Kamu, dan Do Min Jo
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no.6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Saat aku sakit, aku baru tahu betapa nikmatnya sehat. Di saat aku tak bisa berjalan bahkan untuk duduk saja tak mampu, aku bersyukur masih bisa merasakan betapa indahnya bisa bernapas. Lalu nikmat sehat itu kembali datang, dengan seenaknya aku sia-siakan. Betapa aku menjadi manusia paling merugi!
Dan sekarang, apa yang kulakukan? Menyesali waktu yang berlalu? Rasanya terlalu banyak waktu yang kuhabiskan tanpa ada gunanya. Ah! Hadits itu memang benar, kita banyak terkecoh oleh dua nikmat itu.
“Andai, aku punya waktu lebih pasti aku akan belajar lebih giat.”
Pernahkah bibirmu mengucapkan pernyataan di atas? Aku sering. Dan, terlampau sering. Misalnya, saat ujian. Aku sering berbicara seperti itu saat ada soal yang sudah dijelaskan tapi belum kubaca ulang.
Boleh kutahu apa yang kamu lakukan di hari libur? Kalau boleh kutebak, tidur sepuasnya, main game, jalan-jalan, nongkrong bareng teman atau nonton film seharian? Iya kan? Karena itu juga yang kulakukan.
Lalu apa yang terjadi pada hari Senin? Lupa mengerjakan tugas? Atau keteteran mengikuti pembelajaran? Aku sering mengalaminya. Apa kamu pernah? Jika pernah, kamu pengen berubah? Aku juga iya.
Kalau diingat-ingat, setiap kali memiliki waktu luang dan sehat aku selalu malas melakukan apa-apa. Lebih enak berkaktivitas di media sosial sambil tiduran. Tak peduli, apakah besok akan ada ulangan atau tugas yang menumpuk. Yang terpenting, nikmati saja hari ini.
Semakin lama, aku semakin berpikir. Bagaimana dengan masa depanku? Aku tak ingin saat dewasa nanti mengatakan, “Andai aku punya waktu lebih saat remaja pasti aku akan berusaha lebih keras memperjuangkan masa depanku,” Aku tak ingin itu terjadi.
Mudahkah berubah? Aku pikir tidak. Sama sulitnya, saat kamu menyukai seseorang yang sangat dingin. Akan butuh waktu lama untuk mencairkan hatinya. Tentu, dengan menyapanya setiap hari dan hadir di setiap momen penting dalam hidupnya akan sedikit mengubah keadaan. Bukankah hati yang dingin juga akan cair dengan kehangatan yang setiap hari kita berikan?
Aku harap begitu. Sepertinya, dua nikmat yang diberikan Allah ini, banyak diberikan kepada remaja. Sepulang sekolah, hari libur, malam hari, malam Minggu, banyak sekali nikmat sehat dan waktu luang yang sering kita dapatkan.
Niat berubah sudah ada. Tapi kenapa rasanya sulit untuk tidak menyaksikan drakor yang saat ini sedang dibicarakan oleh teman-temanku. Apalagi, ketampanan Do Min Jo. Rasanya susah jika ketinggalan cerita meski satu episode My Love From The Star. Iya kan? Kamu sudah menontonnya?
Bagaimana ya rasanya hidup selama empat ratus tahun di bumi? Apa yang kamu lakukan jika hal itu terjadi padamu? Kalau aku, sudah pasti akan menonton drama Korea sesuka hatiku.
Ah, kalau dipikir-pikir aku malu pada Do Min Jo. Masa hanya nonton drama? Tapi Do Min Jo? Banyak sekali yang dia lakukan. Belajar banyak bidang. Bayangkan saja hidup selama empat ratus tahun dan dia pandai dalam astronomi, kedokteran, filsafat, hukum, banyak deh. Dan karena kepandaiannya dia mempunyai banyak sekali harta. Banyak sekali. Bahkan ratusan kertas tak cukup mencatat aset-asetnya.
Do Min Jo, pemuda yang berasal dari planet lain itu benar-benar memanfaatkan waktunya di Bumi. Di setiap episode yang kutonton tak pernah sekalipun aku melihatnya tiduran atau asyik di media sosial. Di setiap waktu luangnya, dia selalu membaca buku. Berbeda sekali denganku. Bagaimana dengan kamu?
Kalau dihitung, berapa usia rata-rata manusia hidup? Enam puluh? Lima puluh? Berapa? Kamu tahu kamu bisa hidup sampai usia berapa? Aku juga tak tahu. Do Min Jo yang hidup empat ratus tahun di bumi banyak melakukan hal yang bermanfaat. Ikut wajib militer puluhan kali, menggunakan uangnya untuk mendirikan sekolah, membantu tetangganya dengan kecerdasan otaknya, mengajar dan yang paling penting, dia selalu mengisi waktunya dengan belajar. Lalu apa yang bisa kulakukan? Sepertinya, aku hanya gadis malas.
“Pada akhirnya setiap manusia akan bertambah tua, keriput dan akhirnya menghilang. Kenapa mereka harus berjuang dan hidup dengan keras seolah-olah mereka sedang berperang? Kehidupan manusia jika dilihat hanya dari luar adalah tidak ada harapan dan sia-sia saja. Tapi setelah berpikir tentang kematian, aku menjadi sadar. Tidak ada yang ingin hidup untuk kemudian mati. Yang paling penting adalah bagaimana menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, bahkan jika akhirnya sudah bisa ditebak kita masih bisa bahagia dan melanjutkan hidup. Ini sangat sederhana, tapi butuh waktu yang lama untuk menyadarinya.” ujar Do Min Jo saat episode 20.
Do Min Jo saja butuh waktu selama empat ratus tahun untuk memikirkan itu. Lalu berapa tahun aku harus berpikir aku juga akan mati? Rasanya, terlalu sayang semua waktu luang dan sehat yang diberikan Allah yang kuhabiskan dengan santai dan bermalas-malasan. Apakah kamu berpikir demikian? Aku begitu.
Sekarang, apa yang sedang kulakukan? Pentingkah? Adakah hal penting lain yang harus kukerjakan? Ah, sepertiya, aku harus bangun dan segera mandi. Tidak boleh bermain di media sosial terus menerus. Yuk, berjuang untuk hidup mumpung dua nikmat ini masih kita miliki.



 Terima kasih,,


2 komentar: